CAMBUK

Piring berdering dan sendok jatuh kelantai
Tertegun aku langsung berlari menuju dapur
Ikan gorengku hilang hanya menyisakan bekas
Kucarilah pelaku yang tak asing dalam benakku
Sepasang mata dengan empat kaki dan penuh bulu
Tunduk mengunyah menikmati milikku
Kuraih sapu lidi dengan diam-diam
Sebuah pukulan melesat menghantam tubuhnya
Dia melompat namun berdiri tegar menantang
Matanya tak mau lepas dariku sesekali melirik ikan
Mulutnya terbuka hendak mengaum kearahku
Cakarnya siaga hendak menerkamku
Diam tertegun aku biarkan dia melangkah
Kembali meraih ikan di lantai dan melompati jendela
Aku kalah dan tak bisa melawan semangatnya
Tatapan matanya bukanlah tatapan biasa
Seakan berkata dengan cambukan keras
"Hai manusia aku lapar dan hanya ingin makan
Aku tak mencuri karena aku hewan tak punya akal
Layakkah aku kau pukul dengan kebencian
Seberapa berhargakah sedaging ikan itu bagimu"
Mulutnya bagai singa hendak mengaum seakan berkata
"Hai anak muda kau pukul aku karena seekor ikan
Layakkah aku kau hukum dengan tanganmu
Sementara pemimpinmu membiarkan sesamamu lapar
Kau tak mengingatkan apalagi meneriakinya"
Cakarnya waspada hendak menerkam seakan bergumam
"Kau lihat kemanusiaan berkurang lalu apa guna tanganmu
Lihatlah puluhan orang lapar tak kau beri makan
Lalu tanganmu setiap hari mengisi perutmu
Lalu dimana kau ketika mereka lapar dan kau kenyang"
Cambukan itu amat keras, aku ini manusia atau bukan

Nuraniku kemana di tengah telanjangnya penindasan.

Postingan terkait: