John Lennon dan Sebuah "Imagine"


John Lennon vokalis The Beatles

Bayangkanlah tak ada surga
Mudah jika kau mau berusaha
Tak ada neraka di bawah kita
Di atas kita hanya ada langit
Bayangkanlah semua orang
Hidup hanya hari ini
Bayangkanlah tak ada negara
Tidak sulit melakukannya
Tak ada alasan untuk membunuh dan terbunuh
Juga tak ada agama
Bayangkan semua orang
Menjalani hidup dalam damai
Bayangkan tak ada harta benda
Aku ragu apakah kau mampu
Tak perlu rakus atau lapar
Persaudaraan manusia
Bayangkan semua orang
Berbagi dunia ini
Mungkin kau kan berkata aku seorang pemimpi
Namun aku bukanlah satu-satunya
Kuharap suatu saat kau kan bergabung dengan kami
Dan dunia akan bersatu

(Terjemahan Lagu Imagine-The Beatles)


Terlepas dari tuduhan orang-orang “religius” mengatakan bahwa lagu Imagine yang dipopulerkan oleh The Beatles tahun 1970 adalah konspirasi Yahudi dan Iluminati, namun dibalik dari lagu itu tampak jelas seorang John Lennon adalah orang yang frustrasi dan kecewa dengan berbagai pembatasan yang dilakukan oleh manusia kepada manusia yang lain. Sebelumnya kita perlu bertanya, apakah yang membatasi setiap manusia dengan manusia yang lain. Jawabannya ada banyak, seperti cara pandang, negara, suku, agama, status dan sebagainya.

Lagu ini menjadi sponsor anti perang, memang benar tak ada yang suka dengan peperangan. Dalam kurun beberapa dekade sejumlah perang telah menghabiskan banyak nyawa manusia. Perang-perang ini beragam sebab dan latar belakang. Namun dalam lagu Imagine, John Lennon lebih melihat bahwa penyebab perang adalah adanya negara yang ingin menguasai negara lain. Hingga terjadilah invasi dengan alat perang, ditambah lagi perkembangan teknologi yang mempermudah urusan manusia justru dimanfaatkan untuk memudahkan membunuh sesama manusia.

Hal lain yang menjadi sorotan John Lennon adalah posisi agama, yang selalu mengajarkan cinta damai kepada sesame manusia. Tuhan adalah sesuatu yang universal yang diyakini setiap orang sesuai dengan cara pandangnya. Namun akhir-akhir ini Tuhan justru terbatasi dengan adanya dogma-dogma agama dari sejumlah penganutnya. Bahkan lebih parahnya dalam satu agama sekalipun ada berbagai macam tafsir dan fatwa yang kemudian memberi batas-batas baru bagi setiap penganutnya. Tafsir dan fatwa ini mungkin juga yang membuat kecewa seorang John Lennon karena tak sedikit fatwa-fatwa atau mana Tuhan itu melegitimasi penghilangan nyawa manusia.

Kekecewaan Lennon mirip dengan kekecewaan seorang Karl Marx bapak pendiri Komunis dengan ungkapannya yang cukup terkenal “Agama adalah Candu”. Hal ini cukup beralasan karena kenyataan yang dilihat Marx adalah agama atau kalangan agamawan gereja lebih banyak mendapatkan kekayaan dari hubungan baik dengan penguasa. Lalu dengan dogma agama dalam bentuk fatwa menyuruh masyarakat “sabar” menerima apa yang terjad tanpa perlawanan.

Ungkapan perasaan John Lennon ini mungkin singkat dan diperhalus agar tak menimbulkan kemarahan banyak orang. Ungkapan-ungkapan tak ada surga, neraka, negara dan agama bisa saja dianggap penistaan karena bertentangan dengan pandangan banyuak orang di dunia ini. Namun semua isi hati John Lennon tentang dunia ini tidaklah bisa terjelaskan hanya dengan bait-bait singkat lagu. Siapa yang paling mengetahui isi hatinya adalah John Lennon sendiri dan hanya dia yang dapat merasakan kepedihan karena melihat berbagai pembunuhan, penindasan, dan perlakuan semena-mena manusia terhadap manusia yang lain.

Bukan berarti ungkapan John Lennon ini tanpa kritik atau benar sepenuhnya. Kekecewaan tanpa melihat lebih dalam sebuah ajaran agama dan cita-cita sebuah negara menjadikan John Lennon bisa saja salah kaprah terhadap sesuatu. Atau bisa saja apa yang dilihat John Lennon adalah kenyataan secuil dari sekian banyak kenyataan yang ada di dunia ini. Lagupula hidup di dunia materi yang serba terbatas ini memang memastikan adanya perbedaan. Ada benarnya untuk menyatu dengan sesuatu yang lain haruslah memalumkan perbedaan, bukan berarti setiap orang harus kehilangan identitas.

Akhirnya ditengah keyakinannya yang dia pegang teguh, John Lennon mengehembuskan nafas terakhir karena peluru-peluru revolver Colt 38 special yang ditembakkan oleh mantan penggemarnya sendiri bernama Mark David Chapman. Dalih pembunuhannyapun bisa saja mengatasnamakan agama, karena dari sejumlah tulisan menjelaskan Mark David Chapman sebelumnya bukan hanya penggemar The Beatles yang akhirnya memilih untuk menjadi seorang Kristen garis keras yang bisa saja tersinggung dengan ungkapan John Lennon “Beatles lebih terkenal dari Yesus. Bagai seorang Ahok yang dianggap penista agama di Indonesia dan beroleh ancaman pembunuhan dari sejumlah massa 212.

Kejadian di apatermennya di New York ini bukan berarti mengakhiri keyakinannya yang dianggap penuh cinta damai itu. Ribuan lilin menyala mengenang kepergiannya dan lagu-lagunya seperti Imagine selalu menghiasi telinga sebagian orang yang cinta pada kedamaian dan cuplikan anti perang di TV. Mungkin saat ini dia sudah bisa merasakan dunia tanpa batas, yang tanpa negara, agama, suku, dan perang.

Palopo, 8 Desember 2017, mengenang wafatnya John Lennon 8 desember 1980

Postingan terkait:

1 Tanggapan untuk "John Lennon dan Sebuah "Imagine""