Tagar adalah lakuran dari kata tag dan pagar.
Tanda tagar adalah tanda pagar (simbol #)
yang diletakkan di awal kata atau frasa yang diketikkan pada jejaring sosial. Ini adalah bentuk metadata tag.
Pesan singkat di microblogging layanan jejaring sosial seperti Twitter, Tout, identi.ca, Tumblr, Instagram, Flickr, Google+ atau Facebook dapat ditandai dengan menempatkan "#"
sebelum kata-kata penting, seperti dalam: Tagar menyediakan cara untuk
mengelompokkan pesan tersebut, karena orang dapat mencari tagar dan mendapatkan
seperangkat pesan yang mengandung itu (sumber
wikipedia).
“Tagar” (#) menjadi sebuah istilah yang sudah
tidak asing lagi utamanya bagi para pengguna jejaring sosial Twitter. Tagar kini
banyak di gunakan oleh banyak orang untuk melempar dan mengalihkan issu di
dunia maya. Contoh saja bentuk-bentuk tagar yang akhir-akhir ini populer adalah
#SaveKPK, #SaveAhok, #SaveHajiLulung. Bahkan tagar #SaveHajiLulung yang awalnya
dimaksud untuk membully justru terbalik membuat salahsatu anggota DPRD Kota
Jakarta ini menjadi terkenal di dunia, setelah presiden Rusia Vlademir Putin
mengajukan tantangan kepadanya.
Masih banyak contoh-contoh tagar yang dengan
mudah kita temukan. Bahkan pengguna jejaring sosial seperti Facebook dan Black
Berry Massenger (BBM) pun ikut-ikutan mengggunakan tagar dalam status dan komentar
mereka. Efeknya sangat besar dimana sebuah isu yang terjadi pada satu tempat
saja tiba-tiba menjadi besar bahkan hingga sampai tingkat dunia. Hasil survei
yang dilakukan menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling ribut di
jejaring sosial.
Internet dengan berbagai kemudahannya kini
menjadi sebuah media informasi baru yang begitu bebas para penggunanya untuk
menyampaikan informasi. Jika dulu orang-orang senantiasa membaca koran,
majalah, buku, bahkan langsung datang kepada orang yang ahli dan dianggap
mengetahui suatu informasi kini hanya dengan duduk dan lewat genggaman tangan
saja berbagai informasi mudah di akses. Sehingga fungsi dunia maya sebagai
sebuah media dianggap lebih efektif. Media selain selain sebagai penyampai
informasi juga mempunyai fungsi sebagai propaganda.
Namun dengan begitu banyaknya tagar-tagar
yang di buat dengan tujuan menyampaikan informasi, memperoleh dukungan,
propaganda tidak semerta merta menjadi sebuah isu langsung di tanggapi
sebagaimana harapan. Media hanya terbatas pada penyampai informasi dan
propaganda namun seperti apa respon dari responden hal ini menjadi sebuah
masalah.
Jejaring sosial dengan tagar-tagar
terkenalnya yang senantiasa menjadi tranding topic pada satu sisi fosotif namun
begitu mudah tagar ini redup dan tergantikan dengan tagar yang lain.
Propaganda
Isu Tidak Konsisten
Baru beberapa bulan Jokowi menjadi presiden
maka bermunculanlah tagar #SaveJokowi yang banyak menjadi status bahkan bully
para pengguna jejaring sosial. Hanya beberapa bulan saja kisruh KPK vs Polri kembali
merubah tagar tersebut menjadi #SaveKPK hingga akhirnya setelah ketua KPK
Abraham samad di tahan karena tuduhan memalsukan dokumen negara tagar #SaveKPK
yang diharapkan mampu menggalang dukungan untuk KPK dan melahirkan sebuah
gerakan di dunia nyata ternyata tak terwujud sama sekali. Kini tagar itu
kembali berganti dengan #SaveHajiLulung.
Beberapa bulan lalu beredar sebuah artikel
yang menjelaskan tentang prilaku para ahli IT sewaan yang bisa juga di
golongkan Hacker dipekerjakan untuk memantau isu di jejaring sosial dan
membesarkan isu sesuai dengan keinginan yang mempekerjakan mereka. Mudah saja
mereka dengan keahlian IT dengan mudah dan waktu sebentar dapat memperbanyak
follower pada twitter hingga mempopulerkan tagar-tagar terkait persoalan di Jakarta.
Propaganda isu sangat mudah di lahirkan dan di alihkan. Hingga sebuah
persoalan yang belum selesai dapat dengan mudah diledakkan dan diredam.
Kecendrungan
Para Pengguna Jejaring Sosial
Sebagaimana di jelaskan sebelumnya
kecendrungan para pengguna internet lebih banyak mencari informasi dengan hanya
sekedar duduk di depan komputer, laptop, notebook, hingga dengan genggaman
tangan saja. Masyarakat awam yang bisa saja tidak memiliki daya kritis dalam
menyeleksi informasi dapat dengan mudah terpengaruh dengan berbagai isu yang
belum tentu benar. mungkin tidak akan menjadi masalah jika informasi berasal
dari pakar atau ahli dan media-media maenstream yang kredibel. Namun dunia maya
seakan nyaris tanpa batas dalam menyampaikan informasi hingga terkadang hal
yang tidak benar pun dapat di telan mentah-mentah.
Kecendrungan ini lebih memperlihatkan
kebanyakan pengguna jejaring sosial hanya bisa berbicara tanpa tindakan nyata
sebagaimana tujuan dari sebuah propaganda. Sehingga dapat di ambil kesimpulan
kecendrungan ini telah menimbulkan efek kemalasan dunia nyata. Sebuah informasi
sangat sporadis sekalipun tanpa menggunakan jejaring sosial namun konfirmasi
untuk sebuah kebenaran atau fakta di dunia nyata dapat menghindari dari efek
negatif propaganda.
Emosional
dan Kritis
Mudahnya masyarakat termakan propaganda
negatif yang di dapatkan di jejaring sosial bisa saja hal ini mempengaruhi
perilaku masyarakat di dunia nyata. Hal ini akan cenderung menimbulkan sifat
fanatik bahkan apatis yang juga berefek pada pola perilaku dunia maya yang tidak
beretika dengan kata-kata kasar bahkan kata-kata yang tidak pantas di gunakan
dalam berkomunikasi. Psikologi masyarakat yang telah fanatik sangat mudah untuk
terprovokasi tanpa terlebih dahulu menggunakan rasionalitas dalam melaontarkan
kata-kata di jejaring sosial. Hingga dalam menuliskan status, komentar aspek
emosional lebih di kedepankan.
Penyaringan informasi yang kritis sangat
perlu bagi para pengguna jejaring sosial. Mengajak berfikir dapat di gunakan
dengan pola analisis perbandingan informasi. Sebut saja page pada jejaring
sosial facebook. Sebuah informasi dapat di saring oleh admin dengan melakukan
analisa perbandingan dua informasi yang berbeda dalam satu isu dan mengajak
pengguna jejaring sosial untuk berfikir tanpa adanya keberpihakan termasuk
dengan menggunakan bahasa yang santun. Melahirkan budaya dialog bukan hanya
sebatas dunia nyata internet kini menjadi dunia tersendiri bagi manusia yang
memberikan nilai lebih informasi juga harus memiliki visi dan misi mengembangkan
budaya dialogis.
Mengedepankan
Realitas Ilmiah
Verifikasi tidak hanya dikenal pada dunia
jurnalis saja dalam mencari informasi, menggali informasi hingga menyusunnya
menjadi sebuah berita yang utuh. Namun pada setiap orang yang lebih
mengedepankan aspek kebenaran informasi mutlak harus terpenuhi. Dunia maya yang
kini lebih banyak di gandrungi tidak akan bisa melakukan bantahan terhadap
realitas yang terbukti secara ilmiah. Verifikasi dan analisis data yang ilmiah
dapat menjadi sebuah solusi terhadap berbagai isu yang dipropagandakan secara
negatif.
Hal-hal yang bersifat ilmiah ini tak hanya
bersifat konsep semata namun juga dapat melahirkan fakta. Ada sebuah kenyataan
yang unik saat ini terjadi di masyarakat. Kegandrungan terhadap jejaring sosial
telah menjadikan masyarakat membawa dunia nyata masuk kedalam dunia maya. Namun
kelemahannya adalah fakta terhadap dunia maya banyak yang sulit di temukan.
Dunia maya dengan banyaknya informasi harus mengalami sebuah verifikasi di
dunia nyata. Sehingga propaganda dan bully berupa tagar sebisa mungkin harus
ada sebuah keberimbangan informasi bagi penyebarnya, dan merealitaskan informasi dengan
verifikasi pada dunia nyata.
Belum ada tanggapan untuk "TAGAR (#)"
Post a Comment