DAUN HIJAU DI ATAS BANTAL

Malam itu listrik padam angin kencang bertiup seakan menyapu permukaan bumi. Di malam yang gelap seakan kekuatan alam menunjukkan keperkasaannya. Tampak hal ini tidaklah biasa hingga orang-orang harus keluar melihat pohon-pohon melambai mencoba bertahan dalam dorongan angin. Hujan pun turun angin sedikit reda hingga semua kembali seperti biasa.

Kamar itu tampak sedikit kotor karena tiupan angin. Beberapa helai daun kecil berhasil menembus ventilasi udara. Daun di lantai tampak biasa saja hingga dorongan sapu ijuk membersihkannya. Namun hal yang menarik tertuju oleh mata. Sehelai daun hijau tergeletak di atas bantal. Bantal tempat ku merebahkan diri saat malam menjelang mata harus di pejamkan.

Aku melihat daun itu seakan begitu nyaman berbaring pada bantal. Namun hijaunya tampak sedikit merisaukan, seakan aku teringat pada anak-anak muda yang selalu menyia-nyiakan banyak hal karena kesenangan. Kesenangan dunia yang indah menurut hati mereka.

Seakan guruku yang dulu mengajariku kembali berbisik dengan nasehatnya yang masih berbekas  walau 10 tahun telah berlalu "kalian masih muda, rasakanlah ilmu pengetahuan hingga kalian merasa mengalami derita karena ilmu pengetahuan, jangan terlalu banyak bersantai percuma apalagi selalu ingin senang-senang".

Muda bagi sebagian orang adalah waktu yang menyenangkan dengan hura-hura kehidupan, kebebasan, asmara, dan berbagai cerita. Namun apalah juga yang akan di dapatkan jika hanya sekedar hura-hura tak berguna. Sangat mengejar kesenangan dan sangat takut pada derita, kesenangan materi menjadi incaran dan tujuan. Menghindari derita yang tak mungkin di hindari hingga merasa hidup seakan berakhir ketika derita datang menyapanya.

Pramoedia Ananta Toer berkata "kalian pemuda kalau tak punya keberanian sama saja dengan ternak, karena berternak diri". Seakan dia menyinggung untuk merubah sesuatu butuh keberanian dan keberanian berujung pada derita. Jika tak berani menerima derita maka pemuda sama saja dengan ternak. Hewan ternak yang di beri makan, selalu di buat senang, di pelihara namun tak ada kebebasan. Generasi manja yang hanya ingin sesuatu yang praktis dengan sedikit usaha.


Daun hijau ini mungkin senang di atas bantal, karena dapat merasakan empuknya yang menidurkan kepalaku. Namun sayang daun yang hijau sudah jatuh pada kesenangan tidak berjuang bersama tangkai menunjuk langit hingga dia mati dan jatuh ketanah sebagai akhir dari perjuangan. Terlalu cepat membenamkan diri dalam kebahagiaan semu.

Pemuda-pemuda yang hijau, jatuh pada kesenangan, bergaya elit, menikmati materi, kesenangan yang selalu di impikan, penampilan style. Namun tak melihat dunia yang semakin menua dengan kerusakannya. Hingga tak ada lagi fikiran berjalan dalam derita orang-orang lemah yang menjadi tanggung jawabnya. Pendidikan hanya sekedar angka-angka, selembar ijazah, dan berujung petualangan kerja.

Seakan salah satu guruku berbisik kembali "dunia ini penuh kepalsuan, dan masa depan dunia adalah kepalsuan, kepalsuan materi, kepalsuan keindahan, kepalsuan kesenangan, carilah apa di balik dari kepalsuan itu sesuatu yang tidak musnah".

Jebakan-jebakan kesenangan dunia yang penuh kepalsuan seakan menjadi duri dalam daging. Membiarkan manisnya kesalahan, namun akan merasakan kepahitan ketika tahu kepalsuan itu tak abadi. Di dapatkannya kebenaran itu adalah kepahitan.

Salah satu guruku kembali berbisik "cinta pada isi dunia ini adalah kepalsuan, karena dunia ini dihiasi dengan kesenangan dan keindahan yang membuatmu terlena, jika kau mencari jalan cinta maka kau akan dapatkan jalan derita, derita mencoba melepaskan kesenangan dunia hingga mendapatkan cinta yang hakiki dan kebahagiaan yang abadi".

Siapapun yang ingin merasakan manisnya Ilmu pengetahuan haruslah melalui jalan derita ilmu pengetahuan, siapapun ingin mendapatkan Cinta yang abadi harus melalui derita melepas cinta pada dunia. Namun lihatlah dunia semakin dia diperindah semakin dia menambah kepalsuan semakin banyak yang bertekuk lutut.

Ali bin Abi Thalib pun berkata dengan bijaksana "surga di hiasi dengan jalan yang tidak disenangi (derita), neraka selalu dihiasi dengan jalan kesenangan dan keindahan".

Daun itu kuambil dan kulemparkan keluar jendela. Membiarkannya terbawa angin, di terpa hujan, dan jatuh ke tanah, agar dia dapat merasakan derita alam dan dia cepat terurai bersama tanah dan menjadi pupuk kehidupan bagi tanaman lain.   

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "DAUN HIJAU DI ATAS BANTAL"

Post a Comment