REVOLUSIONER (II)

Kembali bercerita tentang revolusioner, jika kita mendapatkannya hanya dalam buku-buku yang diselingi dengan berbagai macam pemikiran yang luar biasa dan mampu menggerakan banyak orang atau massa maka revolusioner tidaklah sediskriminasi itu. Revolusi tidak mesti dibatasi dengan banyak orang luar biasa atau tidaknya pemikiran yang mendasari gerakan tapi kuncinya adalah tindakan nyata dan memberi sebuah perubahan.

Orang ini terlihat hidup dengan sangat berada, rumah yang tidak terlalu besar namun dengan kemewahan di dalamnya menjadikan dia dan keluarganya sebagai orang yang tinggal di istana di kelilingi oleh 6 rumah yang tampak reot di sekitarnya. Gaji tempatnya bekerja juga cukup besar di samping bisnis yang di jalankan oleh istrinya. Hampir setiap hari dia melewati rumah-rumah yang reot itu, pemandangan yang cukup mengganggu hatinya. Ada sebuah keinginan besar dia untuk merubah nasib mereka. Beberapa usaha telah dilakukannya dengan memberikan uang setiap bulannya namun sama sekali tidak memberi perubahan.

Bagi masyarakat miskin yang menghuni rumah-rumah reot itu dia tak ubahnya malaikat yang setiap bulannya memberi berkah sehingga mereka sangat hormat kepadanya. Bahkan tanpa diminta jika mereka melihat malaikat mereka bekerja tanpa diminta mereka datang sendiri untuk membantu. Enam rumah dengan penghuninya yang hanya bekerja serabutan, pemulung, dan pekerjaan kasar lainnya yang membuat mereka selalu di beri gelar sampah masyarakat. Jika ada barang yang hilang merekalah yang selalu menjadi kambing hitam.

Tengah malam laki-laki itu belum bisa tidur entah mengapa keinginannya untuk merubah nasib tetangga-tetangganya selalu menghantui. Untuk menghilangkan kebosanan dia memainkan HP sambil membaca status-status di jejaring sosial. “jika merubah orang lain rubah dulu cara berfikirnya, jangan memberi yang menjadikan mereka hanya bisa meminta-minta”. Setelah membaca status itu dia termenung, ada yang salah dengan usahanya selama ini. Dia senantiasa memberi materi dengan harapan merubah tapi tak pernah memberi pandangan agar mereka bisa berusaha secara mandiri.

Butuh waktu dua minggu untuknya berdiskusi dengan teman-temannya dan membuat konsep untuk usahanya merubah kehidupan orang-orang yang selama ini menjadi bahan fikirannya. Mulailah dia membuat perencanaan jangka panjang dan berkelanjutan.

Setiap pagi kini rumahnya ramai di penuhi tetangganya penghuni rumah-rumah reot itu.  Dia memberikan serapan kepada mereka. Sejak dulu dia tahu jika mereka semua sebelum bekerja sangat jarang serapan pagi. Suatu kesyukuran jika dalam satu hari saja mereka bisa makan, itupun tergantung dari hasil kerja. Satu bulan berlalu mulailah dia dan istrinya merancang sebuah sekolah untuk anak-anak yang selam ini di beri makan. Sore mereka di beri pendidikan seperti membaca, menulis, berhitung hingga sampai pada keterampiloan berbahasa. Malamnya anak-anak ini di ajarkan membaca Al quran, fiqih dan akhlak. Sekalipun belum merubah sepenuhnya keadaan namun pendidikan untuk anak-anak kini mulai nampak hasilnya.

Tak sampai disitu saja, perpustakaan untuk membaca juga di buat, sebidang tanah kosong disamping rumahnya kini di sulap menjadi sebuah taman belajar. Setiap pagi orang-orang ramai serapan bersama maka setiap sore dan malam maka rumahnya ramai dengan kegiatan pendidikan. Namun dengan padatnya kegiatan rumah dan pekerjaan yang tidak boleh di tinggalkan kini dia bekerjasama dengan beberapa orang temannya untuk menggerakkan usaha yang dilakukannya.

Hampir dua berlalu kini rumah keluarga itu tampak berbeda dan terjadi perubahan drastis. Jika disamping rumahnya ramai dengan kegiatan pendidikan maka disamping sebelah rumahnya kini menjadi sebuah taman bunga dan telah berdiri sebuah butik. Taman bunga dan butik itu di kelola oleh ibu-ibu dan kalangan perempuan yang menghuni rumah-rumah reot. Perubahan kini mulai nampak di rumah-rumah reot itu. Jika dulu anak-anak mereka hanya keluar rumah dengan tujuan uang, kini mereka lebih cepat pulang kerumah untUk belajar di perpustakaan, malamnya mereka belajar dan bercerita. Ibu-ibu mereka kini menjalankan usaha menjual bunga dan butik yang menerima banyak pesanan untuk jasa menjahit.

Perubahan juga nampak pada tempat tinggal mereka, perlahan rumah yang dulu nampak reot kini berdiri dengan tegak dan sederhana. Kondisi yang semraut mulai ditata rapi. Kini pandangan orang-orang terhadap mereka mulai berubah, tak lagi memandang negatif mereka yang selalu dianggap sampah masyarakat.
Bagaimana? Revolusioner bukan usaha keluarga kaya diatas. Usaha yang mungkin akan jatuh bangun karEna berhadapan dengan kondisi orang-orang yang kasar dan kurang pendidikan, dengan usahanya yang konsisten dan memiliki sebuah perencanaan yang baik telah memberi perubahan pada orang-orang di sekitarnya. Bukan hanya merubah pola fikir, pendidikan, tapi juga mengangkat martabat orang lain sebagai manusia. Dia adalah revolusioner.  

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "REVOLUSIONER (II)"

Post a Comment