Orang ini terlihat hidup dengan sangat
berada, rumah yang tidak terlalu besar namun dengan kemewahan di dalamnya
menjadikan dia dan keluarganya sebagai orang yang tinggal di istana di
kelilingi oleh 6 rumah yang tampak reot di sekitarnya. Gaji tempatnya bekerja
juga cukup besar di samping bisnis yang di jalankan oleh istrinya. Hampir
setiap hari dia melewati rumah-rumah yang reot itu, pemandangan yang cukup
mengganggu hatinya. Ada sebuah keinginan besar dia untuk merubah nasib mereka.
Beberapa usaha telah dilakukannya dengan memberikan uang setiap bulannya namun
sama sekali tidak memberi perubahan.
Bagi masyarakat miskin yang menghuni
rumah-rumah reot itu dia tak ubahnya malaikat yang setiap bulannya memberi
berkah sehingga mereka sangat hormat kepadanya. Bahkan tanpa diminta jika
mereka melihat malaikat mereka bekerja tanpa diminta mereka datang sendiri untuk membantu. Enam rumah dengan penghuninya yang hanya bekerja serabutan,
pemulung, dan pekerjaan kasar lainnya yang membuat mereka selalu di beri gelar
sampah masyarakat. Jika ada barang yang hilang merekalah yang selalu menjadi
kambing hitam.
Tengah malam laki-laki itu belum bisa tidur
entah mengapa keinginannya untuk merubah nasib tetangga-tetangganya selalu
menghantui. Untuk menghilangkan kebosanan dia memainkan HP sambil membaca
status-status di jejaring sosial. “jika merubah orang lain rubah dulu cara
berfikirnya, jangan memberi yang menjadikan mereka hanya bisa meminta-minta”.
Setelah membaca status itu dia termenung, ada yang salah dengan usahanya selama
ini. Dia senantiasa memberi materi dengan harapan merubah tapi tak pernah
memberi pandangan agar mereka bisa berusaha secara mandiri.
Butuh waktu dua minggu untuknya berdiskusi
dengan teman-temannya dan membuat konsep untuk usahanya merubah kehidupan orang-orang
yang selama ini menjadi bahan fikirannya. Mulailah dia membuat perencanaan
jangka panjang dan berkelanjutan.
Setiap pagi kini rumahnya ramai di penuhi
tetangganya penghuni rumah-rumah reot itu.
Dia memberikan serapan kepada mereka. Sejak dulu dia tahu jika mereka
semua sebelum bekerja sangat jarang serapan pagi. Suatu kesyukuran jika dalam
satu hari saja mereka bisa makan, itupun tergantung dari hasil kerja. Satu
bulan berlalu mulailah dia dan istrinya merancang sebuah sekolah untuk
anak-anak yang selam ini di beri makan. Sore mereka di beri pendidikan seperti
membaca, menulis, berhitung hingga sampai pada keterampiloan berbahasa.
Malamnya anak-anak ini di ajarkan membaca Al quran, fiqih dan akhlak. Sekalipun
belum merubah sepenuhnya keadaan namun pendidikan untuk anak-anak kini mulai
nampak hasilnya.
Tak sampai disitu saja, perpustakaan untuk
membaca juga di buat, sebidang tanah kosong disamping rumahnya kini di sulap
menjadi sebuah taman belajar. Setiap pagi orang-orang ramai serapan bersama maka
setiap sore dan malam maka rumahnya ramai dengan kegiatan pendidikan. Namun
dengan padatnya kegiatan rumah dan pekerjaan yang tidak boleh di tinggalkan
kini dia bekerjasama dengan beberapa orang temannya untuk menggerakkan usaha
yang dilakukannya.
Hampir dua berlalu kini rumah keluarga itu
tampak berbeda dan terjadi perubahan drastis. Jika disamping rumahnya ramai
dengan kegiatan pendidikan maka disamping sebelah rumahnya kini menjadi sebuah
taman bunga dan telah berdiri sebuah butik. Taman bunga dan butik itu di kelola
oleh ibu-ibu dan kalangan perempuan yang menghuni rumah-rumah reot. Perubahan
kini mulai nampak di rumah-rumah reot itu. Jika dulu anak-anak mereka hanya
keluar rumah dengan tujuan uang, kini mereka lebih cepat pulang kerumah untUk
belajar di perpustakaan, malamnya mereka belajar dan bercerita. Ibu-ibu mereka
kini menjalankan usaha menjual bunga dan butik yang menerima banyak pesanan
untuk jasa menjahit.
Perubahan juga nampak pada tempat tinggal
mereka, perlahan rumah yang dulu nampak reot kini berdiri dengan tegak dan
sederhana. Kondisi yang semraut mulai ditata rapi. Kini pandangan orang-orang
terhadap mereka mulai berubah, tak lagi memandang negatif mereka yang selalu
dianggap sampah masyarakat.
Bagaimana? Revolusioner bukan usaha keluarga
kaya diatas. Usaha yang mungkin akan jatuh bangun karEna berhadapan dengan
kondisi orang-orang yang kasar dan kurang pendidikan, dengan usahanya yang
konsisten dan memiliki sebuah perencanaan yang baik telah memberi perubahan
pada orang-orang di sekitarnya. Bukan hanya merubah pola fikir, pendidikan,
tapi juga mengangkat martabat orang lain sebagai manusia. Dia adalah
revolusioner.
Belum ada tanggapan untuk "REVOLUSIONER (II)"
Post a Comment