"Ilahi lastu lil firdausi ahla, walaa
aqwa 'alan naril jahimi, fahabli taubatan waghfir dzunubi, fainnaka ghafiruz
dzanbil 'adhimi" (Wahai Tuhanku, aku ini sama sekali tidak pantas menjadi
penghuni surgaMu, tetapi aku juga tidak tahan terhadap panasnya api neraka.
Oleh sebab itu terimalah taubatku serta ampunilah dosa-dosaku. Karena
sesungguhnya Engkaulah Dzat yang mengampuni dosa-dosa besar)
Hampir semua orang pernah mendengar kalimat
diatas utamanya yang beragama islam. Kalimat diatas kita dapatkan dari kisah
Abu Nawas dalam menjawab pertanyaan murid tentang cara menipu tuhan dalam judul
lain kita dapatkan cerita ini dengan merayu tuhan.
Doa atau kalimat ajaran Abu Nawas diatas jika
di lihat sekilas adalah kepasrahan seorang hamba yang mustahil dapat lolos dari
penjagaan tuhannya. Mustahil rayuan terlebih lagi tipuan dapat membuat tuhan
luluh begitu saja. Namun di butuhkan kepasrahan seorang hamba mengakui dosa dan
beratnya siksaan yang tidak mungkin tertahankan.
Ramadhan kembali menyapa semesta, sebuah
bulan yang mulia dimana rahmat Allah di turunkan dengan pahala yang berlipat
ganda. Sehari-harinya akan diisi dengan berbagai amalan ibadah yang tak akan di
dapatkan di bulan lain.
Menahan utamanya lapar dan haus menimbulkan
kesadaran pada sebagian orang yang berada untuk berbagi materi. Sekedar efek
dari perasaan merasakan kesusahan orang-orang miskin atau karena hal lain.
Rezeki Halal dan Rezeki tak Halal
Rezeki merupakan berbagai macam pemberian
tuhan pada hambanya di dunia ini bahkan di akherat kelak. Berbagai macam nikmat
tuhan yang ada pada manusia memastikan segala yang ada bukan milik manusia
secara utuh untuk itulah terdapat kewajiban untuk membagikannya kepada orang
lain.
Tuhan dengan pengasih, penyayang, dan
kedermawanannya senantiasa memberi bahkan tak sedikit apa yang kita sebut
rezeki di dapatkan dengan cara-cara yang tidak baik. Maka jangan heran orang
yang tidak mengakui keberadaan tuhan sekalipun bisa memiliki harta kekayaan,
kehidupan yang layak, bahkan kesehatan.
Letak perbedaan dari sesuatu yang di dapatkan
dengan cara yang baik dan tidak baik adalah pada keberkahan semata. Materi bisa
dimiliki siapapun namun keberkahan sangat bergantung darimana rezeki itu kita
peroleh.
Menipu Tuhan
Dalam keseharian praktek-praktek meterialisme
sangat mudah di dapatkan bahkan cenderung terang-terangan. Korupsi, kolusi,
nepotisme, pungutan liar, merampas hak-hak orang lain telah menjadi warna di
dunia ini. Namun anehnya dari sekian banyak pelaku dalam bulan ramadhan
menampakkan hal-hal yang dianggap cukup islami.
Sebut saja acara buka puasa bersama (bukber),
sahur on the road, THR dll. Pemberian materi yang cenderung cuma-cuma adalah
idaman hampir semua manusia namun sayang pemberi dan yang diberi cenderung
bahagia dengan yang mereka lakukan dan lupa pada satu hal. Bagi mereka
memberikan materi adalah suatu jalan mendekati tuhannya. Namun sudahkah di
fikirkan materi yang di berikan berasal dari sesuatu yang halal.
Seorang yang memperoleh harta dengan jalan
korupsi, hidup bermewah-mewah, mengambil hak-hak orang banyak dengan tidak
amanah menggelar buka puasa bersama. Ada kepuasan bagi mereka dengan memberi
materi kepada banyak orang dengan berbuka puasa bersama dan berharap memperoleh
pahala.
Namun sejenak perlu di renungkan, mungkinkah
sesuatu yang bersumber dari yang tidak halal dapat melahirkan sesuatu yang
berberkah apalagi pahala?. Mungkinkah Tuhan akan membiarkan segala sesuatu yang
kita peroleh dari keburukan akan berubah menjadi kebaikan sesuai keinginan
manusia.
Mungkin saking seringnya perbuatan menipu
manusia hingga tak sadar mencoba menipu tuhan dengan melakukan kebaikan melalui
sesuatu yang di peroleh lewat jalan keburukan. Namun kembali pada pertanyaan,
apakah tuhan akan mau di tipu dengan kebaikan melalui sesuatu yang di dapatkan
dengan jalan yang tidak baik?.
Bulan mulia dengan perbuatan mulia memiliki
tujuan yang mulia pula. Kemuliaan sikap yang akan berujung pada kemuliaan yang di
berikan tuhan juga memiliki dasar yang mulia. Harta yang di gunakan untuk
perbuatan mulia di bulan Ramadhan dengan tujuan untuk memperoleh kemuliaan dari
tuhan (pahala, rahmat, penghapusan dosa, dan keselamatan dari neraka) mesti
dengan harta yang di peroleh dengan cara-cara yang mulia pula. Jangan terlalu
sering menipu tuhan.
Wallahu alam.