Idul Fitri jangan hanya di pandang sebagai
milik Islam, tapi sebagai sesuatu yang Rahmatan lil alamin. Maka jadinya Idul
Fitri itu adalah pemaafan Universal dimana Rahmat Allah turun bukan hanya untuk
orang beriman semata tapi juga bagi orang-orang tak beriman
Idul Fitri dengan pemaafan universalnya maka
ketika orang-orang kristen dan berbagai pihak meminta maaf karena kasus
Tolikara Papua dan masih ada yang teriak-teriak "JIHAD" minta perang
dan menumpahkan darah, maka saya lagi-lagi heran. Apakah orang-orang ini
berpuasa dan sudah ber-Idul Fitri?.
Saling memaafkan untuk meraih Rahmat-Nya
namun sangat susah memaafkan sesama manusia. Ditambah lagi sikap yang mudah
terprovokasi sekaligus menjadi provokator. Orang-orang sudah sepakat berdamai,
menjalankan proses perdamaian, membangun mushallah yang terbakar masih ada saja
yang mau tumpahkan darah atas nama agama.
Idul Fitri sebagai puncak kemenangan dari
berpuasa selama satu bulan penuh. Melahirkan tindakan Cinta dan lemah lembut
bagi mereka yang berpuasa dan berhari raya dengan saling memaafkan dan berbagi
cinta, kasih sayang, perdamaian, termasuk materi agar bernar-benar nampak janji
Allah akan keberkahan Ramadhan dan hari raya-Nya.
Sikap yang mudah terpancing emosi dan
terprovokasi menjadikan sebuah tanda tanya, mungkin efek puasa hanya pada bulan
ramadhan saja. Sebulan penuh kita berpuasa maka inti dari perjuangan satu bulan
itu adalah 11 bulan sesudahnya. Akankah kita berubah atau kita sama saja atau
mungkin kita lebih parah.
Jihad adalah sesuatu yang diperlukan sebagai
etos dalam beragama (khususnya islam). Namun Jihad di hadirkan untuk
kemanusiaan bukan memenuhi nafsu menumpahkan darah. Mengambil langkah-langkah
kongkrit dan pendekatan moral untuk perdamaian merupakan jihad yang memiliki
nilai lebih manusiawi dan universal.
Jihad merupakan sebuah kebaikan namun
mengedepakan aqal sebelum bertindak adalah lebih mulia. Aqal sebagai anugrah
yang terbesar bagi manusia menjadi tolak ukur benar dan salah dari sikap
manusia hingga pada efek yang dihasilkan.
Ramadhan dimana kita menempa diri, dan Idul
Fitri kita meraih kemenangan dimana rahmat Allah yang turun tiada henti juga
harus kita hadirkan pada orang-orang non islam dengan berbagi, termasuk berbagi
maaf. Tidak etis kita kepada tuhan ketika r ahmat Tuhan yang universal kita
buang dan membuatnya sempit pada umat lain.
Tolikara hanyalah sebuah ujian dimana dalam
keadaan negara yang mudah terprovokasi di uji apakah efek ramadhan menjadikan
kita manusia yang bisa menahan amarah, manusia yang bisa lebih berfikir dalam
melihat persoalan, tidak mudah terpancing tanpa ketelitian, dan memberi maaf
kepada sesama.
*Damailah Negeriku*