Pemuda itu berjalan masuk ke halaman
rumahnya. Senyum bahagianya kembali kerumah dengan penampilan serba hitam. Topi
hitam, baju kaos hitam, celana hitam, sepatu hitam, dan ransel hitam. Jika saja
merangkak maka tak ubahnya macan kumbang.
Senyumnya berbaur dengan tatapan mata melihat
pada sekantong buku yang berada di tangannya. Dia bergumam "ada lagi
koleksi dan bacaan baru untuk peradaban". Sambil melepas sepatu
khayalannya melayang. Suatu saat dia akan duduk bersama istrinya membaca buku
dan berdiskusi. Lalu buku-buku itu akan menjadi warisan yang tak ternilai untuk
anak-anaknya.
Saat masuk rumah memberi salam, ibunya
menatap kepadanya sambil berkata "kamu beli buku lagi ya, katanya mau
menikah tapi uang selalu di gunakan beli buku, kapan nikahnya kalau
begitu".
Tunduk menatap lantai pemuda itu bergumam
dalam hati. Astagfirullah..., kenapa kalau lihat buku rencana untuk menikah
kadang dilupakan. Hingga uang yang di kumpulkan rupiah demi rupiah meleburkan
wanita idaman di dalam hati hanya berhadapan dengan jejeran buku.
Akhirnya mulut pemuda itu terbuka juga dengan
lembut berkata pada sang ibu "mama, saya masih sayang sama mama, masih
ingin hidup dan mengabdi sama mama, hingga hati ini belum bisa berpindah
sepenuhnya pada wanita calon menantu mama".
*Retorikamu pemuda, padahal ibumulah yang
mengajarkan kau bicara saat lahir kedunia*
Belum ada tanggapan untuk "BUKU DAN NIKAH"
Post a Comment