Malas Berpikir di Dunia Maya




“Orang menuntut kebebasan berbicara sebagai
kompensasi atas kebebasan berpikir
yang jarang mereka gunakan,” 
(Soren Kierkegaard)

Kebebasan mengekpresikan diri tak lagi berada di dunia nyata, tapi kebebasan ini telah mencakup kebebasan berpendapat di dunia maya. Pendapat yang di keluarkan seseorang dalam bentuk status dan komentar adalah sebuah ekspresi sebagai efek dari informasi yang diterimanya. Didunia maya seperti facebook, twitter, blog, dan sejumlah media 'abal-abal' yang selalu menyebarkan berita tak benar dan intoleleran, mulai dianggap wajar. Manusia selama ini terbatasi di dunia nyata kini beralih ke dunia maya, dengan anggapan dapat melakukan sesuatu sebebas-bebasnya tanpa ada yang melarang.

Tidak hanya itu kebebasan memilih benar dan tidak benar informasi juga menjadi simbol kebebasan setiap orang. Sebut saja sejumlah orang yang menyebarkan informasi yang belum tentu mereka memahami masalahnya apalagi melakukan verifikasi, untuk memeroleh kesimpulan benar atau tidaknya informasi tersebut. Penyebaran ini kadang di sertai dengan opini hasil bacaan (tanpa verifikasi) Si penyebar.

Mengapa hal ini begitu cepat dan semakin banyak di dunia maya? Selain kebebasan di dunia maya seseorang juga bisa memanfaatkan untuk hal lain misalnya menghasilkan uang. Dikutip dari RemotiviSeptiaji Eko Nugroho dari Masyarakat Anti-Hoax menyebut bahwa media penyebar kebohongan seperti Pos Metro dan Nusanews bisa memeroleh keuntungan 600-700 juta per tahun. Anehnya banyak orang yang cenderung percaya begitu saja dan menyebarkan melalui jejaring sosial.

Verifikasi adalah kunci utama, setiap orang berhak atas informasi namun menerima begitu saja tanpa ada verifikasi hingga mencapai kesimpulan benar dan salah menjadikan pengguna internet ikut menjadi penyebar kebohongan. Ketidakinginan melakukan verifikasi mengindikasikan dari sekian banyak penyebar informasi di dunia maya adalah mereka yang malas berfikir. Namun verifikasi cenderung diabaikan oleh sebagian pembaca.

Salahsatu kecendrungan manusia secara psikologi adalah mendukung segala sesuatu yang sejalan dengan cara pandang dan sesuai dengan kepentingannya. Misalnya seorang pendukung salahsatu kelompok, ketika menemukan berita yang sejalan dengan kelompoknya dia akan melakukan like danshare. Namun jika mendapatkan berita yang tidak sesuai, hal itu dianggap sesuatu yang negatif dan menimbulkan prasangka negatif. Pun kalau harus melakukan share maka di bubuhi opini negatif yang menyudutkan media dan isinya.

Tak kalah penting fenomena di dunia maya adalah Buzzer, istilah untuk orang atau individu tertentu yang menjadi populer di jejaring sosial dan bisa mengarahkan pikiran orang lain. Efek dari Buzzer ini  mengultuskan seseorang oleh pembaca, menganggap apapun yang di tuliskan seseorang adalah benar, tak perlu melakukan analisa dan verifikasi lagi.

Dua diantaranya adalah Jonru dan Denny Siregar, dua tokoh yang menjadi Buzzer di jejaring sosial facebook. Setiap status facebook mereka baik pendek ataupun panjang mendapat ribuan like dan ratusan share oleh para pendukungnya.

Jonru lebih terlihat kontra pada Presiden Jokowi, pada beberapa kasus Jonru menuliskan status yang tidak benar, mendapatkan ribuan like dan share. Diantara tulisan Jonru pada funpage facebooknya adalah “fitnah” terhadap Jokowi dengan mengatakan "Jokowi sebagai calon presiden yang orangtuanya tak jelas" yang mendapat 14. 119 like 4.068 komentar dan di-share 661 kali. Namun status itu dihapus karena terbukti keliru. Ketika hal itu terungkap, maka ribuan orang membelanya. Membela tanpa memikirkan yang tuliskan Jonru adalah sebuah kekeliruan.

Demikian halnya dengan Denny Siregar dalam status facebook-nya pasca kasus “makan gratis” peserta Kongres HMI di Pekanbaru yang dimuat berbagai media. Sebelumnya HMI (MPO) telah melaksanakan Kongres di Tangerang. Denny Siregar membagikan link berita Postmetro tertanggal 10 desember 2015, dengan judul HMI Besok Turun Jalan Lawan Rezim Jokowi, Putuskan Kontrak Freeport atau Mundur. Postingan link berita itu disertai dengan tulisan singkat Denny Siregar “Peringatan.. Ini serius... Tutup semua warung makan !”. status Denny Siregar ini sekalipun bercanda namun pen-genaral-an dua HMI mengakibatkan  masyarakat menerima mentah-mentah jika hanya ada 1 HMI. Parahnya di kaitkan dengan hal yang negatif hingga menimbulkan pandangan negatif pada HMI (MPO). Status inipun mendapatkan lebih 2.100 like, 1000 lebih komentar dan 478 kali di-share.

Malas berfikir mungkin inilah yang terjadi pada sebagian besar pengguna jejaring sosial yang langsung mempercayai informasi tanpa melakukan verifikasi. Efeknya dapat kita lihat, sikap intoleran, prasangka buruk, dan diskriminatif tidak hanya di temukan di dunia maya saja dalam bentuk tulisan, tapi juga 'menjalar' ke dunia nyata.

http://www.sureq.org/2017/01/malas-berpikir-dunia-maya.html

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Malas Berpikir di Dunia Maya"

Post a Comment