Setiap orang selalu memimpikan akhir dari
sebuah kisah adalah kebahagiaan. Kisah anjing setia Hachiko yang mengharukan
(menurut penonton) menunggu tuannya sampai dia mati dianggap kisah yang
berakhir dengan keharuan. Namun karna mimpi tentang kabahagiaan yang menjadi
dogma dari setiap orang yang membaca dan menonton film ini (Hachiko The Story
of Dog) maka lahirlah simbolisasi fiktif manusia yang mencoba membangun
kebahagiaan akhir dari kisah ini dalam bentuk simbol patung pertemuan Antara
Anjing bernama Hachiko yang menunggu tuannya dengan setia selama 90 tahun di
stasiun kini bertemu dengan dengan tuannya Prof. Hidesaburo Ueno di Universitas tempat tuannya dulu mengajar.
Hal-hal seperti ini manipulatif ketika kita
melihat dengan kacamata realitas. Namun keterpenuhan jiwa akan cita-cita
kebahagiaan didapatkan dengan menciptakan simbol. Bagi orang-orang yang terharu
melihat kisah ini bisa saja akan turut merasakan keharuan dan bahagia namun
bagi mereka yang realitis segalanya harus merealitas dengan kacamata empirik bisa jadi hal ini dianggap
hanya dogma menciptakan kebohongan realitas untuk pemenuhan kepuasan.
Hal sama bisa kita lihat pada orang-orang
yang aktif di dunia maya. Transaksi simbol sangat mencolok. Realitas diri
memperlihat sebuah rupa yang biasa saja namun dengan sebuah manipulasi untuk
pemenuhan keinginan yang tujuannya adalah kepuasan maka di buatlah
simbol-simbol yang dapat mempengaruhi psikologi, pikiran, dan gerak dari
orang-orang yang manatap simbol.
Kita dapat melihat hal ini dengan sangat
nyata. Ketika seorang yang secara wajah biasa saja bahkan menurutnya dirinya
kurang menarik. Maka di buatlah polesan-polesan pada tubuhnya untuk
memperlihatkan dia adalah sebuah simbol yang menarik. Aplikasinya pun beragam
mulai dari kosmetik, style, foto yang di pajang di jejaring sosial, hingga
harus melakukan hal-hal yang dianggap gila agar bisa terkenal dan menarik
perhatian.
Pada hakekatnya ini adalah sebuah transaksi
kejiwaan yang tanpa sadar di buat oleh pelakunya. Mereka meninggalkan realitas
diri mereka menggunakan berbagai macam cara untuk menjadikan dirinya dalam
bentuk yang lain. Sederhana, adalah sebuah kepastian bahwa segala sesuatu
terjadi karena sebab. Sebab karena ingin terlihat lebih menarik terlahir dari
jiwa yang tidak merasa puas dengan diri yang sebenarnya maka dengan fasilitas
pendukung ketidakpuasan jiwanya ditransaksikan pada perubahan simbol agar
kepuasan itu terpenuhi. Sadar atau tidaknya pelaku sudah memperlihatkan sebuah
transaksi jiwa.
Dalam kehidupan para penganut agama yang
memiliki sebuah ajaran yang transenden hal inipun juga terjadi. Contoh nyata
dalam ajaran tentang hijab dimana seseorang mesti menutup aurat, menundukkan
pandangan dan menjaga diri dengan tidak melakukan pada hal-hal yang membuat
bukan muhrim tertarik pada dirinya. Realitas yang terlihat seseorang yang telah
menutup aurat dan ketika berbicara menundukkan pandangan pada lawan jenis
hingga adanya kain pembatas. Namun dogma yang transenden dalam beragama ini
luntur seketika dalam dunia maya utamanya jejaring sosial. Tidak sedikit kita
mendapatkan orang-orang memperlihatkan foto dengan wajahnya yang tersenyum
manis yang bisa di akses oleh ribuan bukan muhrimnya. Sekali lagi secara tidak
sadar jiwa telah mengalami sebuah transaksi dalam bentuk simbol yang berbeda
pada realitas dan dunia maya.
Simbolisasi yang sifatnya menarik perhatian
ini juga mempengaruhi dunia perdagangan yang disebut dengan promosi/ iklan. White
Coffee dalam sebuah label sangat bertentangan dengan kenyataan kopi yang
dimanapun dan sampai kapanpun tetap hitam. Dalam promosinya pun menggunakan
artis-artis terkenal yang belum tentu artis tersebut suka menikmatinya. Dalam
promosi otomotif pun lebih parah, tubuh wanita yang terlihat menarik, bagian
dada dan paha yang mulus, wajah cantik yang tersenyum lebar menjadi menarik
perhatian pengunjung untuk melihat yang dipromosikan.
Jika di pikir wanita cantik dengan tubuh yang seksi sama sekali tak ada hubungan. Transaksi telah terjadi pada saat itu dengan banyaknya penggemar dari artis maka sanggup mengubah pandangan seketika untuk ramai-ramai menikmati makanan dan minuman yang di nikmati artis idolanya dalam promosi. Tubuh wanita menjadi media untuk menarik perhatian dan menyampaikan tentang kondisi barang yang di promosikan yang belum tentu wanita seksi itu faham secara keseluruhan tentang kendaraan yang disamping mereka.
Jika di pikir wanita cantik dengan tubuh yang seksi sama sekali tak ada hubungan. Transaksi telah terjadi pada saat itu dengan banyaknya penggemar dari artis maka sanggup mengubah pandangan seketika untuk ramai-ramai menikmati makanan dan minuman yang di nikmati artis idolanya dalam promosi. Tubuh wanita menjadi media untuk menarik perhatian dan menyampaikan tentang kondisi barang yang di promosikan yang belum tentu wanita seksi itu faham secara keseluruhan tentang kendaraan yang disamping mereka.
Dalam
dunia politik hal inipun terjadi bahkan sangat masif dilakukan pada
publik. Simbolisasi tokoh dan kebijakan-kebijakan politik cenderung di hadirkan
sebagai sebuah solusi dengan membentuk mimpi-mimpi yang di bentuk di alam
pikiran hingga mempengaruhi psikologi dan tindakan publik. Salahsatu contoh
dapat kita lihat saat rencana pengurangan subsidi BBM ramailah orang-orang membicarakannya.
Sebagai sebuah solusi pemerintah hadir dengan menjadikan pelayanan publik
pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan yang akan ditingkatkan dari subsidi
BBM. Sebagai sebuah simbolisasinya adalah kartu yang akan dibagikan pada
masyarakat.
Jika kita melihat secara nyata pelayanan
kesehatan akan terpenuhi dengan tindakan pelayanan yang mudah dan cepat
terhadap orang sakit dengan fasilitas yang mendukung. Namun keharusan ini di
tukar dengan sebuah simbol kartu yang di pegang dan menjadi klaim akan
terjadinya peningkatan pelayanan publik. Sehingga dapat dilihat terjadi sebuah
transaksi dimana pemenuhan kebutuhan manusia akan pelayanan di olah sedemikian
rupa dalam bentuk kartu. Kenyataannya kondisi Poskesdes, Puskesmas, Rumah
Sakit, perawat, dokter, bidan masih banyak yang jauh dari harapan. Seakan
sebuah kartu mampu menyelesaikan masalah dan merubah dalam seketika
faktor-faktor pendukung pelayanan yang baik.
Inilah yang selalu terjadi dalam kehidupan
sebuah simbolisasi tak sesuai dengan kenyataan sebagaimana adanya. Sebuah dunia
yang tidak nyata di olah dengan menghadirkan seakan menjadi nyata sekalipun
telah melunturkan pemahaman yang tertanam dalam diri. Kurang jujurnya
menyatakan dan menerima keadaan hingga sampai kepada pembentukan mimpi-mimpi yang
harus terpenuhi dengan tindakan nyata digantikan dengan simbolisasi benda mati
yang sebenarnya tidak bisa melakukan apa-apa.
Belum ada tanggapan untuk "SIMBOLISASI DAN TRANSAKSI"
Post a Comment