Hampir
setiap hari aku merasakan kegalauan
yang menusuk
ketika mengingat wajahnya
Ingin ku
berlari saja mencari paras wajah yang
lebih cantik
dan tubuh yang lebih menggoda
Semakin aku
berlari dan mencoba mendekati
wanita yang
mudah ku sentuh, wajahnya bagai cahaya di fikiranku
Ingin
rasanya aku mengetuk pintu hatinya yang
entah dia
siapkan untuk siapa
Biarlah yang
ku dapatkan hanya kehampaan
jika
mengatakan manisnya cinta membuat tenang
Ku berbaur
keburukan mengetuk pintu hatinya
tak ubahnya
mengetuk pintu istana Rabb
Mungkin saja
belum pun aku dentingkan
nada-nada
hati aku sudah tersungkur tak berdaya
Aku yakin ya
Allah akan kekuatan-Mu yang menaungi semesta alam. Kasih sayang-Mu yang
membalas kebaikan dengan kebaikan. Kemustahilan akan kebaikan berbalas
kejahatan musnah karena keberadaan-Mu.
Ya Allah aku
haturkan lidah yang kaku ini tak dapat mengucapkan isi hatiku padanya, aku
sampaikan tatap mata yang msutahil menatap dalam kepadanya, aku sampaikan
pada-Mu ya Ilahi batas diri berbuat baik padanya.
Ya Ilahi
Rabbi, naungi dia dengan kabaikan disisi-Mu. Tuntun dia di jalan yang engkau
ridhahi disetiap langkahnya. Cegahlah dia dari hal-hal yang membuat dirinya
menjauh dari-Mu. Kasihi dan sayangilah dia dalam dekapan cinta-Mu.
Ilahi Rabbi
ampunalah dosa-dosaku akibat kezaliman diriku yang memasukkan diriku dalam
lembah dosa. Terimalah pengakuan diriku ya Allah. Segala batas diriku yang
lemah mengharapkan ampunan-Mu tak ada tempat selain Kau yang Maha pengampun.
Berilah aku
sedikit sapamu yang mungkin tak akan ku dapatkan lagi. Agar aku bisa tenang kau
tak menghindariku karena perasaanku. Jika kau tahu diriku, maka berilah aku
jawaban tanpa aku utarakan pertanyaan. Agar kubuang semua rindu yang
menyesakkan ini.
Aku malu
padamu, namun aku tersiksa karena ku tak merasa malu pada pencipta kita. Harus
kemana lagi kubawa seikat rindu yang ku pupuk dihati. Dialah Allah tak ada
tempat mencurahkan. Dia, kau dan kamu.
Aku tahu
matamu sulit melirik padaku, terlebih wajahmu mustahil mau menatapku. Dimanakah
ku akan memulai mengukir wajahmu di hatiku, jika senantiasa berpaling dariku.
Tataplah
sejenak dan berdirilah dalam hujan. Wajah awan hitam diselingi petir yang
menakutkan mampu mengukir kehidupan diatas tanah dengan tetes air hujan.
Malam ini
hanya sebagian kecil dari dirimu yang hanya menawarkan anggur kerinduan yang
memabukkan jiwa. Aqalpun tak akan menolak segala rayuan senyum indah wajahmu
memancarkan bahasa yang sulit terucap. Aqalpun tak akan mampu berdebat tentang
rasa yang perlahan memutuskan kesadaran.
Haruskah
setiap hembusan nafas kaulah yang terucap lewat rasa yang hanya bisa
menghujamkan kematian kesadaran. Disaat semua lebur dalam satu kerinduan hingga
yang nampak hanya dirimu menjadi kenampakan tunggal dari segala yang indah.
Hadirkanlah seutas cinta dan ku ucapkan dengan kerinduan hingga tak ada ruang
keburukan padamu di mataku.
Bukanlah
aku, karena hanya melahirkan ruang semu Bukanlah aku, karena kehadiran tak
pernah bimbang Bukanlah aku, karena tak ada tanda tentang aku Bukanlah aku,
karena hatimu yang terbatasi Bukanlah aku, karena kutahu siapa aku bagimu.
Bukalah aku, jika getaran tidak bisa menggetarkan Bukanlah aku, menyatu namun
tidak dapat sesama.
Aku masih
melihatmu dengan berbatas oleh yang lain, karena itulah kau semu, rindu yang ku
genggam hanya suara, tak berbekas dalam jejak.
Rindu
Membisu
Baiklah, aku
memilih diam tak mengucapkan sepatah kata pun entah dimana akhir dari cinta yang
dipupuk namun hanya melahirkan sekuntum rindu. Kita lihat seberapa kuat rindu
ini akan menarik untuk mendekat atau sekalian mendorong agar menjauh. Wangi itu
mungkin semerbak namun tak terpetik dari asalnya, mungkin kita terpilih untuk
sama-sama diam dengan rindu yang membisu.
Sadar, tak
ada gumam dan ucapan maka tak akan mengukur aku ada atau kau pun hanya khayalan,
mata menunduk wajah terpaling menyembunyikan rasa malu. Kau tahu bisa jadi tak
peduli, kau tahu mungkin saja menanti. Namun ukuran apakah untuk kerinduan yang
tak nampak di balik mata dan kata, berhadapan dengan wajahmu yang penuh makna
dan tanda tanya.
Ketika kau
memanggil namaku
Akan ku katakan kau salah orang
Aku tak tahu siapa diriku
Penciptaku mengajarkan untuk mengenal
Mengenal siapa diriku
Tapi tak pernah ku
temukan
Aku hanya
tahu diriku ini fitrah
Nyaris serupa penurut nafsu
Disaat kurindukan dia
selain-Nya
Aku jatuh dalam lembah gelap
Tak bertuan selain diriku
Tersesat tak
tahu arah kemana
Aku perindu
kesendirian yang buram
Degup jatungku bedetak keras
Bila ku ingat wajah yang
kurindu
Kutanam bunga di di tanah kering
Kehampaan yang menghampirku
Karena aku
melata dalam rindu