16 Agustus menghitung menit dan detik, 1 hari
sebelum negara ini memperingati sejarah Kemerdekaannya. Namun tahukah kita
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia terjadi karena ulah nekat para Pemuda dalam
peristiwa Rengasdengklok.
Sekelompok pemuda dengan berani menculik Ir.
Sukarno dan drs. Moh. Hatta dan memaksa agar kemerdekaan Indonesia secepatnya
di Proklamasikan tanpa ada kontrol dari Jepang. Diantaranya pemuda itu adalah
Soekarni, Wikana, dan Chaerul saleh.
Sebuah tindakan yang berani di tengah kondisi
Bangsa yang tidak jelas dan masih dalam kepungan Jepang yang sangat di kenal
dengan kekejamannya sekalipun hanya menjajaha selama 3 setengah tahun. Akibat
ulah sekelompok Pemuda itu maka setiap tahunnya kita memperingati hari Kemerdekaan
pada 17 agustus, hingga sekarang sudah 70 tahun kenangan kenekatan itu berlalu.
Bisa saja jika tak ada tindakan penculikan itu maka tak akan ada peringatan 17
agustus sebagai hari kemerdekaan RI.
Pemuda, itulah dia mahluk agresif dan radikal
dengan pemikiran dan tindakan. Selalu bermimpi dan berjalan diatas pijakan
keyakinan yang akan dipertahankannya walau berujung pada rasa sakit. Peristiwa
Rengasdengklok mungkin tak terlalu familiar karena tak ada pawai, tak ada
panjat pinang dan tak ada lomba-lomba untuk memperingati peristiwa yang menjadi
bagian paling dramatis dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Kisah-kisah pemuda ini mungkin tak akan
dianggap sebagai peristiwa besar karena tak mengguncangkan dunia. Sangat
berbeda dengan Sukarno (golonga tua) yang membaca teks Proklamasi yang menjadi
cambuk rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan.
Kini dimakah warisan kenekatan, keberanian,
pemaksaan pemuda itu untuk kebaikan bangsanya? Masih bertanya-tanya karena
zaman sudah berubah, dulu hanya sejarah hari ini anugrah. Lalu anugrah apa dari
pemuda hari ini ataukah kita hanya menjadi penikmat anugrah yang lahir dari
sejarah.
Sukarno berkata "dulu kami melawan
penjajah namun kau akan merasakan perlawanan yang lebih berat karena melawan
bangsa sendiri". Ketidakadilan, penindasan, eksploitasi kemanusiaan, dan
pembodohan oleh penjajah dapat di patahkan oleh gerakan-gerakan pemuda baik,
secara pemikiran, perlawanan bersenjata, hingga memperlihtakan andil meraih
kemerdekaan tanpa kontrol diplomasi kotor penjajah.
Pemuda hari ini mesti merasakan
ketidakadilan, penindasan, eksploitasi kemanusiaan, dan pembodohan bahkan sifat
tak punya malu bangsanya sendiri yang menjajah sesama.
Tak ada cita-cita yang elit bagi pemuda
Rengasdengklok itu selain kemerdekaan. Bukan bagi-bagi jatah kekuasaan, bukan
sepatu licin dan stel jas agar terhormat di mata orang pada zamannya. Bahkan
jika melihat perilaku Jepang maka taruhannya sangat jelas di depan mata adalah
"nyawa". Namun sekali lagi begitulah Pemuda punya karakter rela
dirinya sakit untuk sebuah keyakinan yang diperjuangkan. Akankah ada pemuda
Rengasdngklok selanjutnya yang melakukan tindakan berani dan nekat untuk
memaksakan kemerdekaan secara total demi bangsanya. Maka jawabannya masih
"tidak tahu".
# Mengenang Pemuda-Pemuda Rengasdengklok _
Selamat Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-70