Saya mengshare sebuah link Islam Liberal yang
berjudul "Orangtualah yang berhutang pada anak". Bagi saya isinya
cukup menarik mengajarkan bagaimana orang tua mendidik dan memperlakukan anak,
menjelaskan tentang hal-hal filosofis yang terdapat pada anak-anak.
Aneh.., ketika saya mengshare link itu ada
yang menolak membacanya. Saya hanya menerka-nerka mungkin karena kata Islam
Liberalnya. Jaringan Islam Liberal dengan tokohnya Ulil Absar Abdallah memang
membuat banyak orang-orang yang mengaku islam jadi geregetan. Namun dari
beberapa orang akhirnya ada yang jujur jika dia tidak tertarim membacanya di
karenakan islam liberal.
Namun unik sekali ketika kemudian agama yang
dianggap mapan dan paten penafsirannya dilontarkan sedemikian rupa oleh para
pemuka agama harus sedikit berbeda argumen dengan orang-orang yang mengakus
Islam liberal itu. Itulah islam liberal yang melihat islam dari sudut pandang
yang berbeda.
Aneh., sekali lagi aneh, menolak membaca
sesuatu karena liberalnya bukan kemudian membaca baik-baik isinya dan melihat
pelajaran apa yang bisa di petik dari isinya. Bukankah semua yang ada di dunia
ini mengandung pelajaran dan tidak ada batasan dimana kita memperoleh hikmah.
Bukankah Rasulullah pernah berkata
"Ambillah hikmah (ilmu pengetahuan) walau pada orang dungu sekalipun,
karena kalian lebih berhak". Penulis artikel "orangtualah yang
berhutang pada anak" di tulis bukanlah oleh orang dungu menurutku. Karena
jika orang dungu mustahil bisa demikian isinya. Maka sekedar masukan saja
berhentilah berbuat aneh atas nama agama, karena agama tidaklah aneh kecuali
kita yang kurang pengetahuan. Sebuah twitt di jejaring sosial twitter pernah
menulis sebuah status "aqal tidak terbatas tapi diri kita yang terbatas
untuk mendapatkan makna". Lalu bagaimana sebuah ilmu dapat di peroleh
hingga tingkat makna jika melihat hal-hal yang mesti di baca sebagai sumber
ilmu kita masih alergi terhadapnya.
Baiklah ini linknya, selamat membaca : http://islamlib.com/keluarga/orangtualah-yang-berhutang-pada-anak/