WAJAH YANG TAK JELAS

Jika menonton film kolosal maka kita akan tahu jalan ceritanya paling sederhana selalu ada tokoh baik dan buruk. Ada awal konflik, konflik memuncak kemudian ada tahapan penyelesaian.

Dalam film-film itu kita juga akan dipertontonkan dengan kalangan penghianat. Namun ada juga prilaku penghianatan yang memang sudah menjadi mata pencaharian seseorang. Dalam melakukan pekerjaannya saya anggap para penghianat yang berwajah lebih dari satu ini adalah manusia yang hebat.

Wajahnya ada dua, tiga, dan empat karena kehebatannya membagi wajah maka di situlah dia dapat masuk ke segala kelompok untuk mencari informasi, memprovokasi, menyamar, dan di saat sendirinya da berfikir tentang untung rugi dalam mendominankan harus pihak yang mana di dukung.

Hasilnya dalam film itu dapat di tebak, sekantong koin emas kuning berkilauan. Ketika di buka mata berbinar dan hati merasa senang di tambah sunggingan senyum licik nan sinis.

Aku membayangkan dalam film itu semua pihak-pihak sekalipun dalam konflik mereka benar-benar menunjukkan diri mereka sebagai mana dirinya. Mereka berdiri membusungkan dada dengan berkata "inilah saya".

Hari ini sejak bangun tidur hingga mata ingin terpejam kembali kenyataan selalu membingungkan. Semua orang di depan kita berdiri gagah tapi siapa mereka sebenarnya kadang bingung mau mendefinisikannya. Paling banter jika ingin mendefinisikan mereka dengan membicarakan kejelekan-kejelekannya.

Wajah mereka tak lagi lebih dari satu tapi sudah menyatu dengan di sekitarnya. Andai sandar di dinding maka wajahnya tembok, duduk di kursi wajahnya bisa jadi bangku, jika dia mengintip di jendela maka kadang yang terlihat adalah ventilasi.

Daerah tempatku tinggal menurut beberapa orang adalah tempat yang pemerintahan da pembangunannya kacau amburadul. Komentar mereka adalah wajah daerah tempatku berada. Pembangunan kadang rapuh karena terlihat sesuai bestek tapi ketika di teliti jauh sekali dari harapan bestek yang telah tertulis.

Tukang proyek jelas akan menjadi kambing hitam. Pelopor pelaksana pembangunan, gelar itu layak di sandang oleh pelaku proyek. Tapi justru belakangan wajah mark up, pelanggaran pelaksanaan proyek akrab dengan mereka. Lihatlah kawan wajah mana yang seharusnya melekat pada mereka. Jika mesti merubah wajah teknologi sudah menemukan yang di sebut operasi plastik. Tapi ini wajah yang entah siapa yang mengolahnya hingga mau tidak mau hanya hujatan dalam hati pembencinya yang harus dilontarkan.

Anggota dewannya atau legeslatif kebanyakan sama, jika di ibaratkan pertandingan sepakbola maka hasilnya seri 1-1. Fasilitas baju dengan pin emas, kendaraan dinas dengan plat merah, gedung kerja dengan tulisan besar "Dewan Perwakilan Rakyat Daerah" menjadi icon utama daerah dan kantornya. Ibarat menara Eifel di Prancis.

Tapi alangkah kagetnya sebagian orang bahkan ada mengeluh tak habis fikir. Ada apa pengawas pembangunan juga minta jatah proyek dan kemudian di kerjakan dengan tidak becus. Ini wajah pengawas atau perusak pembangunan sekaligus pengawas pembangunan.

Wajah semakin tak jelas. Jika saja ada yang menyindir para pemuda yang gemar minum kopi susu adalah penikmat kopi tak murni karena bercampur susu maka wajahnya tetap jelas kopi + susu tak ada embel-embel bestek, standar pelaksanaan, apalagi sumpah dengan kitab suci setinggi kepala.


Wajah bisa saja menua karena itu sudah pasti. Tapi wajahmu bisa saja tetap memiliki hidung, mata, mulut, telinga, atau jerawat sebagai bunga-bunga wajahmu. Tapi apa yang kau lakukan seakan kau adalah wajah kabut yang tak di ketahui kau ini siapa.   

Postingan terkait: