Saat Eropa dilanda krisis pesta Piala Eropa
digelar dengan semarak. Sebagian masyarakat Eropa menyatakan tidak setuju
dengan pesta besar ini, mengingat kondisi ekonomi yang tidak stabil. Hal ini
ditandai dengan aksi demonstrasi di jalan-jalan kota, hal ini luput dari
pemberitaan media atau mungkin saja media-media sudah dikontrak FIFA, hingga
memfokuskan kamera dan pena mereka hanya pada pesta sepak bola.
Bagaikan agama, dalam keadaan krisis
sekalipun Eropa tetap menggelar pesta sebagai sebuah ritual empat tahun sekali.
Ini adalah ritual wajib bagi semua negara atas tekanan korporasi olahraga
terbesar di dunia.
Sama halnya dengan umat beragama, sesusah
apapun hidup yang dijalani ritual wajib tak boleh ditinggalkan. Harus tetap
dilaksanakan sebagai bentuk kepatuhan dan penghambaan pada sesuatu yang sebut
Tuhan.
Sepak bola telah menjadi "agama"
bagi sebagian masyarakat dunia. Stadion adalah rumah ibadah, pertandingan
adalah ibadahnya, penonton adalah jamaah yang patuh pada jadwal dan aturan,
FIFA adalah kumpulan para kepala agama yang berfatwah, media adalah
corong-corong penyampai informasi ibadah. Mulai dari kondisi jamaah, hasil
ibadah, kondisi tempat ibadah hingga fatwah.
Jika di dalam agama kita dapat temui mereka
yang fanatik pada ajarannya, maka di dunia olahragapun seperti sepakbola kita
mudah menemukannya. Bahkan bersarang dalam diri kita.
Mungkin kita bisa menilai pesta Eropa ini
telah berdiri di atas pilar-pilar kekacauan ekonomi yang lebih banyak dirasakan
oleh masyarakatnya, notabenenya mereka juga adalah penggemar yang rela
berjam-jam menanti untuk mendukung tim kesayangan.
Agamapun tak luput dari hal ini, siapa yang
akan menolak sejarah para raja-raja terdahulu, menikmati kemewahan istana
dengan legitimasi kaum agamawan. Demi kepentingan materi salah ataupun benar
kebijakan raja di atas derita rakyat jelata akan dibenarkan laksana wahyu dari
Tuhan.
Demikian pula dengan Eropa saat ini, FIFA
sebagai korporasi olahraga sepakbola tak ingin melihat ritual ini tertunda.
Hanya karena suara-suara masyarakat yang semakin hari semakin tak menentu
karena persoalan ekonomi.
Belum ada tanggapan untuk ""AGAMA" PIALA EROPA"
Post a Comment